https://umbuagus.blogspot.com/p/contact-us.html PEMBUATAN PAKAN TERNAK SILASE - Umbu Agus

PEMBUATAN PAKAN TERNAK SILASE

Latar Belakang

Silase adalah pakan yang telah diawetkan dibuat dari tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dengan kadar air pada tingkat tertentu yang diisikan pada silo. Pada pengertian yang lain silage adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam keadaan segar dengan kadar air sekitar 60 – 70 % didalam suatu tempat yang disebut silo.

Sedangkan silo adalah tempat penyimpanan pakan ternak baik yag dibuat didalam tanah atau diatas tanah. Silase dibuat dengan cara fermentasi pada kelembaban yang tinggi. Proses pembuatannya disebut en silage. Hijauan yang baru dipotong kadar airnya sekitar 75 – 80 %, sehingga untuk menghasilkan silage yang baik hijauan tersebut dilayukan terlebih dahulu 2 – 4 jam.

Pembuatan silase secara garis besar dibagi menjadi empat fase (Bolsen dan Sapienza, 1993). Pertama adalah fase aerob ini berlangsung dua proses yaitu proses respirasi dan proses proteolisis, akibat adanya aktivitas enzim yang berada dalam tanaman tersebut. Proses respirasi secara lengkap menguraikan gula-gula tanaman menjadi karbondioksida dan air, dengan menggunakan oksigen dan menghasilkan panas. 

Kedua adalah fase fermentasi ketika kondisi anaerob tercapai pada bahan yang diawetkan beberapa proses mulai berlangsung, isi sel tanaman mulai dirombak. Pada hijauan basah, proses ini berlangsung dalam beberapa jam, sedangkan pada hijauan kering dapat berlangsung seharian. Ketiga adalah fase stabil, setelah masa aktif pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat berakhir, maka proses ensilase memasuki fase stabil, hanya sedikit sekali aktivitas mikroba. Keempat adalah fase pengeluaran silase, oksigen secara bebas akan mengkontaminasi permukaan silase terbuka.

Stimulan fermentasi bekerja membantu pertumbuhan bakteri asam laktat sehingga kondisi asam segera tercapai, contohnya inokulan bakteri yaitu bakteri asam laktat yang berfungsi untuk meningkatkan populasi bakteri asam laktat dalam bahan pakan, sedangkan inhibitor fermentasi digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa awet, sebagai contoh yaitu asam-asam organik seperti asam format, propionat dan laktat. 

Salah satu penambahan zat aditif sebagai stimulan fermentasi yaitu dengan bakteri asam laktat seperti lactobacillus plantarum, pledioccus pentosomonas. Proses silase juga memiliki prinsip yaitu menekan bakteri yang tidak diinginkan seperti bakteri pembusuk dan meningkatkan jumlah bakteri yang diharapkan seperti bakteri asam laktat. 

Silase yang baik mempunyai ciri-ciri: warna masih hijau atau kecoklatan, rasa dan bau asam adalah segar, nilai pH rendah, tekstur masih jelas, tidak menggumpal, tidak berjamur serta tidak berlendir (Siregar, 1996). Silase memiliki beberapa kelebihan antara lain : (1) ransum lebih awet, (2) memiliki kandungan bakteri asam laktat yang berperan sebagai probiotik dan (3) memiliki kandungan asam organik berperan sebagai growth promotor dan penghambat penyakit. 

Silase yang baik diperoleh dengan menekan berbagai aktivitas enzim yang berada dalam bahan baku yang tidak dikehendaki, namun dapat mendorong berkembangnya bakteri penghasil asam laktat  (Bolsen dan Sapienza, 1993).

Kualitas silase dicapai ketika asam laktat sebagai asam yang dominan diproduksi, menunjukkan fermentasi asam yang efisien dan penurunan pH terjadi secara cepat. Semakin cepat fermentasi yang terjadi maka semakin banyak nutrisi yang dikandung silase dapat dipertahankan (Schroeder, 2004). Selain itu faktor yang mempengaruhi kualitas silase secara umum juga dipaparkan yaitu kematangan bahan dan kadar air, besar partikel bahan, penyimpanan pada saat ensilase dan aditif. 

Kualitas silase juga dipengaruhi oleh 1) karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur fisik dan varietas), 2) tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke silo, kepadatan pengepakan, dan penyegelan silo), 3) keadaan iklim (suhu dan kelembaban) (Sapienza dan Bolsen, 1993). Pemberian silase pada ternak dilakukan dengan mengeluarkan silase dari silo secara bertahap pada saat akan diberikan pada ternak. 

Silase yang telah dikeluarka harus diangin-anginkan untuk mengurangi bau alkohol hasil fermentasi. Bahan kering silase juga mempengaruhi konsumsi oleh ternak sehingga diperlukan keseimbangan antara kebutuhan untuk disimpan dan keperluan makan harian bagi ternak. Kualitas silase untuk pemberiannya pada ternak harus disesuaikan keseimbangan kandungan nutriennya agar dapat secara efisien memenuhi kebutuhan ternak (Sapienza dan Bolsen, 1993).

Tujuan pembuatan silage antara lain :

1. Untuk mengatasi kekurangan makanan ternak pada musim kemarau atau musim paceklik.
2. Untuk menampung kelebihan produksi hijauan pakan ternak atau memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi belum dimanfaatkan.
3. Memanfaatkan hasil sisa pertanian atau ikutan pertanian

 Alat dan Bahan

A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pisau dan gunting, digunakan untuk memotong (mencoping) rumput.
Tujuan pencopingan untuk meningkatkan palatablelitas.
2. Koran, digunakan untuk meletakkan rumput yang sudah dipotong.
3. Balok, digunakan untuk mengalas rumput pada potongan.
4. Toples, digunakan untuk menyimpan silase.

B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:
a. Rumput gajah.
b. Dedak sebagai bahan pengawet.
c. Jagung sebagai bahan pengawet.
d. Gula pasir sebagai bahan pengawet

Cara kerja

Dalam pembuatan silase dgunakan dua macam pembuatan silase dengan penambahan bahan pengawet yang berbeda.

1. Silase dengan penambahan dedak padi dan gula sebagai bahan pengawet.
Cara kerja:
Rumput yang sudah dipotong – potong dicampur dengan dedak padi dan gula, kemudian dicampur hingga merata dengan mengangkat bagian yang dibawah ke atas. Rumput, dedak, dan gula yang sudah tercampur dimasukkan kedalam toples dan ditekan sampai penuh agar tidak ada udara yang masuk, tujuannya adalah mengeluarkan o2 agar tidak terjadi pembusukkan. Kemudian disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari. Lama penyimpanan 3 minggu.

2. Silase dengan penambahan jagung dan gula sebagai bahan pengawet.
Cara kerja:
Rumput yang sudah dipotong – potong dicampur dengan jagung, jagung yang digunakan jagung kunig dan gula, kemudian dicampur hingga merata dengan mengangkat bagian yang dibawah ke atas. Rumput, jagung kuning, dan gula yang sudah tercampur dimasukkan kedalam toples dan ditekan sampai penuh agar tidak ada udara yang masuk, tujuannya adalah mengeluarkan o2 agar tidak terjadi pembusukkan. Kemudian disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari. Lama penyimpanan 3 minggu.

Hasil

4.1. Silase dengan penambahan dedak padi dan gula sebagai bahan pengawet.
a. Warna
Warna dari hasil pembuatan silase denagn penambahan dedak padi dan gula lebih gelap, cokelat kehitaman dan jauh dari warna aslinya.
b. Bau
Baunya lebih tengik dan menyengat dihidung dibandingkan dengan hasil silase dengan penambahan jagung kuning dan gula.
c. Tekstur

Pada saat dilakukan graptess hasil silase masih menggumpal. Ini kemungkinan disebabkan oleh dedak yang sudah lama dan kandundungan enersi yang terdapat dalm dedak sangat sedikit, karena dedak lebih banyak mengandung serat kasar.

4.2. Silase dengan penambahan dedak padi dan gula sebagai bahan pengawet.
a. Warna
Warna dari hasil pembuatan silase denagn penambahan jagung kuning dan gula lebih mendekati warana aslinya.
b. Bau
Baunya asam – asam kemanisan dibandingkan dengan hasil silase yang menggunakan dedak dan lebih enak.
c. Tekstur

Pada saat dilakukan graptess hasil silase tidak menggumpal. Ini disebabkan oleh jagung kuning  mempunyai  kandundungan enersi yang yang lebih tinggi dibandingkan dedak, sehinnga hasil silase dengan penambahan jagung kuning lebih bagus kulitasnya dibandingkan dengan hasil silase dengan penambahan dedak.

Kesimpulan

Dari hasil praktikum diperoleh bahwa pengawetan bahan pakan silase  dengan mengunakan penambahan jagung dan gula sebagai bahan pengawet, menunjukan warna yang lebih mendekati warna aslinya, baunya lebih asam kemanisan dan teksturnya lebih baik. Jika dibandingkan dengan silase yang mengunakan bahan pengawet dedak dan gula. Jadi silase yang baik adalah yang menggunakan bhan pengawet jagung dan gula.

Saran
Jika membuat silase sebaiknya menggukan penambahan bahan pengawet gula dan jagung, karena hasil dan kualitas silase jauh lebih bagus.

0 Response to "PEMBUATAN PAKAN TERNAK SILASE"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel