MANAJEMEN PEMELIHARAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini usaha peternakan khususnya peternakan kambing sudah berkembang cukup pesat, seiring dengan laju pertambahan penduduk. Kambing merupakan hewan ruminansiayang sudah di domestikasi sejak 7000 tahun lalu setelah anjing, kuda &domba. Kambing berasal dari daerah Asia Barat dan Persia, dan mulai dibudidayakansejak tahhun 7000-8000 SM.
Dalam perkembangannya kambing hasil domestikasi ini menyebar ke berbagai pelosok dan beradaptasi menghasilkan nilai fungsional berbeda-beda yaitu ada yang cocok sebagai kambing pedaging,kambing penghasil susu, diambil bulunya maupun kambing penghasil susu sekaligusdaging.
Dari hasil adaptasi ini muncullah berbagai species dan karakter spesifik diberbagai daerah, hasilnya kambing Etawa dari Jamnapari India, kambing Apin daripegunungan Alpen di Swiss, kambing Saanen dari Swiss, kambing Anglo Nubian dariNubian timur laut Afrika, kambing Beetel dari Rawalpindi dan Lahore,Pakistan serta di Punjab, India.
Namun demikian dari banyaknya jenis kambing yang ada di dunia kambing Etawadari India adalah yang paling terkenal, hal ini disebabkan karena kambing Etawamerupakan kambing unggul dwiguna yang sangat potensial sebagai penghasil dagingdan susu.
Kambing Etawa, masuk ke Indonesia pertama kali di bawa oleh orang Belandapada tahun 1920-an, orang Belanda tersebut membawa banyak kambing Etawa pertamakali ke Pulau Jawa, tepatnya di Jogyakarta. Kambing ini lebih terkenal sebagaikambing perah / penghasil susu, dimana saat itu kambing ini di sebut dengankambing Benggala / kambing Jamnapari sesuai dengan asalnya di India. Selanjutnya kambing Etawa ini dikembangbiakkan di daerah perbukitan Menorehsebelah barat Jogyakarta dan di Kaligesing, Purworejo.
Seiring denganperjalanan waktu terjadilah perkawinan silang antara kambing Etawa dengankambing lokal, ( seperti kambing Jawarandu atau kambing Kacang,) dan ternyataketurunan yang dihasilkan lebih bagus daripada kambing lokal. Keturunan hasil persilangan kambing Etawa dengan kambing Jawarandu ataukambing Kacang oleh masyarakat disebut keturunan Etawa atau Peranakan Etawa.Terkenal dengan sebutan kambing Peranakan Etawa atau kambing PE.
Daerah Kaligesing di Purworejo, Jawa Tengah hingga saat ini merupakan daerahsentra utama peternakan kambing PE, karena daerah ini berhawa dingin danmemiliki potensi hijauan melimpah sehingga sangat cocok untuk kambing PE, jikamembicarakan kambing PE, sebagian besar masyarakat langsung teringat daerahini, sehingga tidak salah jika kambing PE menjadi trademark daerahKaligesing.
Sebagai kambing unggul dwiguna yang potensial kambing Etawa menyebar dibeberapa negara dan banyak digunakan untuk memperbaiki kualitas kambing lokal,dengan cara mengawinkan kambing Etawa dengan kambing lokal seperti yang ada diKaligesing. Namun hingga tahun 2008, populasi kambing PE terbesar tetap beradadi Indonesia.
Sentra pengembangan kambing PE selain di Kaligesing, adalah di Jogyakarta(Bantul, Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo) di Jawa Timur (Tulungagung , Blitar,dan Malang), di Jawa Tengah (Pati, Banyumas, Banjarnegara, Kebumen,Wonosobo dan Jepara) di Jawa Barat (Bogor, Bandung dan Sukabumi) sertaPalembang dan Lampung.
Namun demikian sentra kambing PE terbesar selain Kaligesing adalah Bantuldan Sleman. Kedua sentra ini merupakan penghasil susu kambing yang cukup besar,sekaligus tujuan para peternak dan calon peternak untuk mendapatkan bibitKambing PE.
Berbagai penyebab menyerbarnya kambing PE keberbagai daerah adalahkebutuhan masyarakat terhadap susu kambing untuk pengobatan, digunakan sebagaipejantan untuk memperbaiki kualitas kambing lokal pedaging, dan sebagai kambinghias atau kontes yang memiliki nilai jual tinggi.
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan kambing Etawah (kambing jenis unggul dari India) dengan kambing Kacang (kambing asli Indonesia).
Kambing PE dapat beradaptasi dengan kondisi iklim Indonesia, mudah dipelihara dan merupakan ternak jenis unggul penghasil daging juga susu. Produksi daging kambing PE lebih tinggi dibandingkan dengan kambing kacang. Bobot badan Kambing PE jantan dewasa antara 65 – 90 kg dan yang betina antara 45 – 70 kg. Produksi susu bisa mencapai 1 – 3 liter/hari.
Kambing PE juga sangat prospektif untuk usaha pembibitan. Harga anak kambing PE bisa 3 – 5 kali lipat harga anak kambing lokal. Kambing PE beranak pertama kali pada umur 16 – 18 bulan dan dalam waktu 2 tahun bisa beranak 3 kali jika diusahakan secara intensif dengan hasil anak kembar 2 – 3 ekor/induk.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan praktikum ini yaitu:
1. memberikan informosi kepada petani peternak, dalam pemiliharaan kambing khususnya kambing peranakan etawa. Kambing etawa merupakan kambing tipe dwiguna yaitu penghasil daging dan susu dan sangat baik untuk dikembangkan.
2. Untuk memenuhi salah satu syarat penilaian dalam matakuliah “Ilmu Ternak Perah“
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan praktikum ini yaitu memberikan informasi sehingga dapat mengetahui cara pemiliharaan kambing PE serta factor – factor apa saja yang mempengaruhi pemiliharaan sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kambing peranakan etawah (PE)
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan kambing Etawah (kambing jenis unggul dari India) dengan kambing Kacang (kambing asli Indonesia).
Kambing PE dapat beradaptasi dengan kondisi iklim Indonesia, mudah dipelihara dan merupakan ternak jenis unggul penghasil daging juga susu. Tubuh kambing peranakan etawah (PE) cukup besar dan kompak. Bulu kambing peranakan etawah (PE) bermacam – macam seperti putih, hitam, belang cokelat keabu – abuan dan sebagainya.
Produksi daging kambing PE lebih tinggi dibandingkan dengan kambing kacang. Bobot badan Kambing PE jantan dewasa antara 65 – 90 kg dan yang betina antara 45 – 70 kg. Kambing PE juga sangat prospektif untuk usaha pembibitan. Harga anak kambing PE bisa 3 – 5 kali lipat harga anak kambing lokal. Kambing PE beranak pertama kali pada umur 16 – 18 bulan dan dalam waktu 2 tahun bisa beranak 3 kali jika diusahakan secara intensif dengan hasil anak kembar 2 – 3 ekor/induk.
Kambing PE (Peranakan Etawa) selain dikenal sebagai kambing bertipe besar kambing PE juga dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial, kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 1 - 3 liter perhari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari.
Di Indonesia, hampir 90% pemeliharaan kambing bertujuam menghasilkan daging, tentunya kenyataan ini sangat ironis dengan fakta bahwa dinegeri ini populasi ternak kambing PE termasuk terbesar di dunia, dan seperti diketahui bahwa kambing PE adalah penghasil susu yang sangat potensial. Di luar negeri , seperti di India, kambing etawa juga dipelihara sebagai penghasil susu yang sangat produktif, rata-rata produksinya adalah 235Kg per masa laktasi (261hari). Produksi susu kambing memberikan sumbangan sebesar 35% terhadap produksi susu di dunia.
Negara-negara berkembang yang selama ini mengalami kemajuan pesat dalam perkembangan produksi ternak kambing adalah ; Cina, Bangladesh, Pakistan, Maroko, Aljazair dan Nigeria. Sedangkan negara yang berpotensi melakukan impor tinggi adalah ; Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Jauh (kawasan Asia Pasifik dan Oceania). Hal ini disebabkan karena wilayah tersebut merupakan daerah yang pertumbuhan ekonominya tergolong tinggi.(Ditjen Peternakan:1999). Sedangkan di Indonesia produksi daging kambing rata-rata menurun 2,93% pertahun dalam periode 1993-1997.
Penurunan produksi terjadi hampir diseluruh Propinsi kecuali di Jawa Barat, Jawa Timur, DI Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan produsen utama daging kambing di Indonesia adalah Jawa Timur dengan rata-rata sumbangan 34,07% pertahun, kemudian diikuti Jawa Tengah 14,17% pertahun dan Jawa Barat 11,46% pertahun. Propinsi lainya rata-rata hanya mampu menyumbang dibawah 5 % pertahun.
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Materi Praktikum
Materi yang dipergunakan dalam praktikum iniadalah sebagai berikut:
3.1.1. Ternak
Ternak yang dipergunakan dalam praktikum ini dadalah kambing pranakan etawah (PE) sejumlah 25 ekor. kambing jantan untuk pejanatan 3 ekor, kambing betina unduk 12 ekor, anak jantan 3 ekor, dan anak betina 7 ekor.
3.1.2. pakan dan air minum
Pakan yang diberikan adalah hijuan seperti daun lamtoro dan rumput – runputan. Air minum disediakan oleh peternak secara Etlibitum, sehingga ternak dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.
3.2. metode praktikum
Metode yang dipergunakan dalam raktikum ini adalah sebagai berikut:
3.2.1. survei wawancara
Survei wawancara yaitu turun langsung kelapangan untuk melakukan survei dan wawancara langsung kepada pemilik peternakan kambing untuk memperoleh informasi.
3.2.2. Tempat dan Lama praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di siulan, praktikum ini berlangsung mulai dari jam 10:10 sampai selesai.
3.3. Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah jumlah kambing yang diternakkan, kandang, pakan dan air minum, dan produksi susu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Jumlah kambing yang diternakkan 25 ekor, kandang yang digunkan adalah kandang ganda, pakan dan air minum disediakan secara etlib dan produksi susu kurang dari 3liter/hari.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Jumlah Kambing Yang Diternakkan
Jumlah kambing yang diternakkan 25 ekor yang terdiri dari kambing jantan untuk pejanatan 3 ekor, kambing betina unduk 12 ekor, anak jantan 3 ekor, dan anak betina 7 ekor. Modal awal memulai usaha 1 ekor jantan dan 2 ekor betina. Ciri khas dari kambing PE yaitu mempunyai bulu yang lebat dipantat. Kambing yang diternakkan dikawinkan secara alam, kambing etawah mempunyai 2 puting susu. Penanganan penyakit disuntik sendiri dengan obat dan bila ter jadi keracunan makanan diberikan air kelapa muda.
4.2.2.Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang ganda yaitu kandang lantai tanah dan lantai panggung, tujuannya adalah memudahkan peternak membersihkan kandang dan memudahkan dalam pengambilan kotoran. Kelebihan kandang ganda mengurangi bau karena urine kambing langsung meresap ketanah. Kekurangan kandang ganda ternak mudah terkena penyakit karena ternak akan rebahan ditanah yang terdapat urine dan kotoran dan kambing akan selalu kotor.
Atap kandang menggunakan seng dan sarana pendukung lainnya menggunakan kayu dan bambu. Kotoran kambing selain dpakai sendiri untuk digunakan pupuk juga dijual, satu kampil kecil seharga Rp 5.000, dan kampil besar Rp 12.000.
4.2.3. Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah hijuan seperti daun lamtoro dan rumput – runputan. Air minum disediakan oleh peternak secara Etlibitum, sehingga ternak dapat minum sesuai dengan kebutuhannya. Air minum ditambahkan garam, tujuan penambahan garam pada air minum yaitu untuk mencegah terjadiya stess dan mencegah cacingan pada kambing. Pakannya dicarikan sendiri oleh peternak. Pemberian pakan pada kambing 2kali sehari, pagi dan sore.
4.2.4. Produksi Susu
Produksi susu yang dihasilkan kambing PE kurang dari 3 liter/hari, dibandingkan dengan produksi kambing etawah yang bisa mencapai 3liter/hari. Susu yang dihasilkan hanya digunakan sendiri dan untuk anak kambing yang kekurangandan tidak dipasarkan. Induk kambing dijual setelah beranak 12 kali atau setelah berumur 5 tahunan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pulisan diatas dapat simpulkan bahwa: Beternak kambing PE, dapat digunakan sebagai sumber pendapatan alternative oleh petani petrnak yang sangat menjanjikan bila ditekuni secara serius, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang dan biaya perawatan relatif sama bila dibandingkan dengan biaya memelihara kambing lokal.
kambing peranakan etawa (PE) Selain menghasilkan susu, kambing PE juga potensial sebagai penghasildaging. Sehingga pejantan kambing PE, banyak digunakan oleh peternak untukmemperbaiki kualitas kambing lokal pedaging. Karena perkawinan silang inimenghasilkan kambing dengan sosok badan lebih besar layaknya kambing PE. Kualitas susu yang dihasilkan tergantungdari pakan yang dimakan.
Kotoran kambing PE dapat digunakan sebagai pupuk organik, sedangkan kulitnyakarena mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kulit kambing lokal, makakulit kambing PE banyak di cari orang untuk digunakan sebagai bahan kerajinankulit.
5.2. Saran
Pembuatan kandang kambing PE sebaiknya dibuat panggung, agar menjaga kebersihan susu pada saat kambing diperah, selain itu ternak tidak mudah terserang penyakit, karena kotoran dan (urine) air kencing kambing langsung jatuh kebawah.
Lantai dibawah kandang tempat kotoran dan air kencing (urine) jatuh sebaiknya dari tanah, agar memudahkan penyerapan sehingga mengurangi bau pada kandang, jika urine (kencing) kambing tidak digunakan sebagai biogas.
DAFTAR PUSTAKA
I.g.m. Budiarsana, 2009. Analisis ekonomi usaha ternak kambing PE Sebagai ternak penghasil susu dan daging.
Ike Ari Pangestuti, 2007. Perubahan komponen kolostrum menjadi susu Normal pada kambing peranakan etawah (pe) di Peternakan “karya makmur” 1 lawang.
Carica, november 27, 2008. Budidaya Kambing Peranakan Etawah.
Artikel. Budidaya Ternak.
0 Response to "MANAJEMEN PEMELIHARAAN KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)"
Post a Comment