https://umbuagus.blogspot.com/p/contact-us.html MANAJEMEN PAKAN SAPI BALI DI BPTU DAN HPT DENPASAR DESA PANGYANGAN JEMBRANA-BALI - Umbu Agus

MANAJEMEN PAKAN SAPI BALI DI BPTU DAN HPT DENPASAR DESA PANGYANGAN JEMBRANA-BALI


PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah diiringi dengan jumlah pendapatan, perubahan pola konsumsi masyarakat akan protein hewani serta perubahan paradigma peternakan, membuat subsektor peternakan ikut berperan dalam mewujudkan pembangunan sumber daya manusia Indonesia.

Pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat berkaitan erat dengan suplai daging dari dalam negeri. Saat ini, permintaan daging dalam negeri belum diimbangi dengan suplai yang memadai. Menurut Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (APFINDO) dalam Purnawan Yulianto dan Cahyo Saparinto (2011) mengatakan bahwa pada tahun 2009 kebutuhan daging nasional sebesar 339.535 ton.

Dari kebutuhan tersebut, sebanyak 66,2%  dipenuhi dari  pemotongan sapi-sapi lokal selebihnya dipenuhi dari impor daging, jeroan dan sapi bakalan. Total impor daging tahun 2009 mencapai 75.000 ton dan naik menjadi 120.000 ton pada tahun 2010. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sekitar 237 juta jiwa. Jumlah ini dari tahun ke tahun cenderung bertambah. Kondisi ini tentu saja menjadikan kebutuhan akan protein hewani juga bertambah. Dengan demikian, usaha ternak sapi sebagai satu pemasok protein hewani memiliki prospek yang cerah.

Menurut Anonimus, (1999) Sapi Bali merupakan breed sapi asli Indonesia mempunyai potensi yang besar, diharapkan dapat menyuplai sebagian dari kekurangan daging tersebut. Sapi Bali mempunyai populasi dengan jumlah 2.632.125 ekor atau sekitar 26,92% dari total populasi sapi potong yang ada di Indonesia. Lebih lanjut dijelaskan oleh Ngadiyono, (1997) dalam Karel, (2010). bahwa di Indonesia perkembangan sapi Bali sangat cepat dibanding dengan breed potong lainnya, hal tersebut disebabkan breed ini lebih diminati oleh petani kecil karena beberapa keunggulannya yang antara lain, tingkat kesuburannya tinggi, sebagai sapi pekerja yang baik dan efisien serta dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi dimana breed lainnya tidak dapat, persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterolisis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak dapat mencapai 80 persen.

Selain beberapa keunggulan di atas terdapat juga beberapa kekurangan yakni bahwa sapi Bali pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit tertentu misalnya; penyakit jembrana, peka terhadap penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte (Hardjosubroto, 1994). Konsentrasi sapi Bali terbesar di Sulawesi selatan, Pulau Timor, Bali dan Lombok, namun kemurnian sapi Bali tetap dipertahankan di Pulau Bali, sebagai sumber bibit yang pembinaannya dilakukan oleh Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3Bali) (Anonimus 1999).

Pelaksanaan sektor peternakan ini diatur dalam UUD nomor 18 tahun 2009, yang memaparkan tentang pelaksanaan peternakan, tujuan pengelolaan sumber daya hewan yang bermartabat, bertanggung jawab, dan berkelanjutan untuk memakmurkan rakyat. Memang tidak dapat di pungkiri bahwa pembangunan dalam sektor peternakan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan sektor pembangunan lain, yang meliputi sektor ketahan pangan, keamanan pangan pemberdayaan ekonomi kerakyatan, keamanan lingkungan, budidaya, dan pembangunan wilayah (Devan Ramadhan, 2013).

Pemuliabiakan bertujuan untuk mendapatkan ternak yang bermutu tinggi, mempunyai daya adaptasi yang baik dan tahan terhadap penyakit tertentu melalui seleksi, pemilihan bibit dan perkawinan. Manajemen yang dilakukan meliputi cara pemeliharaan ternak, misalnya bagaimana membersihkan kandang, pengaturan perkandangan, melakukan recording, peremajaan dan penjagaan kesehatan. Pemberian pakan yang berkualitas dengan jumlah pemberian sesuai dengan kebutuhan ternak merupakan salah satu aspek yang penting dalam menunjang keberhasilan usaha peternakan, (Santosa, U. 1995).

Faktor pakan merupakan  hal yang menjadi perhatian utama dalam pemeliharaan ternak untuk menunjang kehidupan ternak tersebut. Menurut Bandini Y. (1997) mengatakan bahwa Pakan merupakan sumber zat gizi yang diperlukan untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Karena pakan merupakan sumber zat gizi, ternak sapi tidak saja perlu pakan dalam jumlah yang cukup namun juga diperlukan pakan yang berkualitas. Pakan yang baik banyak mengandung zat gizi yang diperlukan ternak, sehingga kombinasi pakan yang berkualitas dengan jumlah yang cukup akan memberikan peluang kepada ternak yang dipelihara untuk mendapatkan sejumlah zat gizi untuk keperluan pertumbuhannya.

Ali Agus, (2007) menyatakan bahwa di Indonesia terdapat banyak jumlah dan variasi bahan baku pakan. Bahan baku pakan tersebut mempunyai kandungan nutrien dan deskripsi tertentu. Oleh karena itu tujuan peternakan tidak terbatas pada pemeliharaan saja, tetapi juga untuk memperoleh keuntungan. Tentunya dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan. Bagi peternak yang menjalankan usaha hewan ternak, sebaiknya harus memperhatikan pola pakan ternak untuk memperoleh bobot badan.

Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Desa Pangyangan, kecamatan Pekutatan, kabupaten Jembrana, Bali merupakan satu-satunya balai yang ada di Indonesia bahkan satu-satunya balai di dunia yang melakukan pelestarian, pemuliaan serta pembibitan sapi Bali unggul secara nasional. Melihat potensi yang dimiliki sapi Bali, maka perlu dipertahankan dan ditingkatkan produktivitasnya. Upaya peningkatan produktivitas sapi Bali dapat dilakukan melalui faktor lingkungan dan faktor genetik. Salah satu cara untuk memaksimalkan mutu genetik sapi Bali yaitu dengan dilakukannya program seleksi yang terarah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktik Orientasi Kerja (POK) ini adalah:
a. Mengembangkan kecerdasan emosional, yaitu kemampuan berkomunikasi, kerja sama dan pengembangan wawasan dan sekaligus berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan pekerjaan yang nantinya akan ditekuni setelah tamat dari bangku perkuliahan.
b. Mendapatkan pengetahuan khusus tentang manajemen pakan ternak Sapi Bali.
c. Membandingkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan yang diterapkan di lapangan.

1.3. Manfaat
Diharapkan dengan adanya Praktik Orientasi Kerja ini dapat memberi Pemahaman pengetahuan dan keterampilan bagi penulis setelah melakukaan praktik langsung di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak di Desa Pangyangan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Bali, serta memberi informasi penting bagi penulis yang dapat dikembangkan di kemudian hari setelah tamat dari bangku perkuliahan.

MATERI DAN METODE

2.1 Materi
Materi yang digunakan pada Praktek Orientasi Kerja ini adalah sapi Bali sebanyak 883 ekor

2.2 Waktu dan Tempat
Praktek Orientasi Kerja ini dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2013 sampai 10 September 2013. Praktek Orientasi Kerja ini dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali.

2.3 Metode Pengambilan Data
Data Praktek Orientasi Kerja ini berupa data primer yang diperoleh melalui partisipasi aktif dalam kegiatan sehari-hari di lokasi Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak di Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali yang meliputi pemotongan rumput, penchopperan, pencampuran pakan, pemberian pakan ke sapi, penyuntikan, pengambilan darah dan feses, penimbangan serta pengukuran tubuh sapi dan pemeliharaan hijauan pakan ternak (HPT). Data sekunder diperoleh dari catatan yang ada di BPTU dan HPT Denpasar, meliputi jenis pakan  yang diberikan, jumlah sapi yang dipelihara dan keadaan umum BPTU dan HPT Denpasar.

2.4 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam Praktek Orientasi Kerja ini meliputi, tata laksana pemeliharaan, konsumsi pakan dan pengolahan pakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Keadaan Umum BPTU dan HPT Denpasar
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak adalah unit pelaksanaan teknis (UPT) dibidang perbibitan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan hewan. BPTU dan HPT Denpasar dipimpin oleh seorang Kepala Balai dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Kepala Subbag, Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan koordinator kelompok jabatan fungsional dengan menerapkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di lingkungan satuan organisasi BPTU dan HPT Denpasar maupun dengan instansi lain sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Lahan yang dimiliki BPTU dan HPT Denpasar yang digunakan untuk usaha pembibitan ini adalah 102 ha, diantaranya digunakan untuk bangunan sekretariat BPTU dan HPT Denpasar, bangunan tempat tinggal karyawan, lab, bangunan kandang, gudang pakan, lahan untuk pemeliharaan hijauan pakan ternak dan sisanya dibuat paddock untuk padang penggembalaan ternak.

3.1.2 Tata Laksana Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan yang diterapkan di BPTU dan HPT Denpasar adalah Sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif. Sistem pemeliharaan intensif dilakukan pada ternak yang di kandangkan khususnya  ternak yang sedang mengikuti uji performa dan uji progeny. Cara pemberian pakan, pakan  diberikan langsung oleh peternak di dalam kandang.

Semua aktivitas sapi dilakukan di dalam kandang, mulai dari pemberian pakan, minum, istirahat, pembersihan kandang dan pengendalian penyakit. Sedangkan untuk ternak sapi induk, sapi dara, pedet, dan pejantan lainnya, pemeliharaannya dengan cara semi intensif yaitu dilepas merumput dipadang penggembalaan, namun tetap mendapatkan pakan tambahan berupa rumput raja (king grass), jerami jagung dan konsentrat.

3.1.3 Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan pada sapi yang dikandangkan adalah pakan campuran antara rumput raja dan konsentrat. Bahan baku pembuat konsentrat terdiri dari dedak padi, bungkil kelapa, ampas kecap, tetes tebu, bungkil inti sawit, kulit kopi, dan pollard. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2008) yaitu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ternak sapi harus memperoleh ransum yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang memuaskan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sapi hendaknya juga diberi mineral berupa garam.

Cara pemberian pakan dan air minum pada sapi yang di kandangkan.  Sebelum pakan dan air minum diberikan, terlebih dahulu tempat tersebut dibersihkan dengan menggunakan sekop dan sapu lidi. Setelah itu, tempat pakan dan air minum diisi air untuk sapi dapat minum. tempat air minum dibuat jadi satu dengan tempat pakan.

Tempat pakan dan air minum tersebut dikeringkan dan dibersihkan, Jika semua sapi sudah terlihat  mendapatkan air minum, setelah itu sapi-sapi tersebut diberi pakan. Air minum tidak diberikan secara addlibitum. Sapi dapat minum dua kali sehari yaitu pada saat sapi hendak diberi pakan. Konsentrat diberikan 1 kali sehari untuk sapi yang di paddock, cara pemberiannya yaitu pada pagi hari pukul 07.30 sebelum sapi diberi hijauan. Jerami jagung dan rumput gajah diberikan sehari 2 kali yaitu pagi pukul 9.30 dan sore pukul 15.00.

Hijauan segar diberikan setelah pemberian konsentrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2008) yaitu pemberian konsentrat yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik karena konsentrat yang relatif banyak mengandung pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen. Air minum diperoleh dari tempat yang telah disediakan di setiap paddock yang ada.

3.1.4 Pengolahan Pakan
Pembuatan konsentrat dilakukan di gudang pengolahan pakan BPTU dan HPT Denpasar dengan kapasitas mesin/alat yang digunakan adalah 500 kg. protein kasar 12% dengan komposisi bahan baku pakan sebanyak 45% dedak padi (225 kg), 10%  bungkil kelapa (50 kg), 8% ampas kecap (40 kg), 3% tetes tebu (15 kg), 8% bungkil inti sawit (40 kg), 17% kulit kopi (85 kg), 9% pollard (45 kg).

Sedangkan  bahan pakan lain yang dapat diberikan langsung ke ternak adalah pakan campuran rumput gajah dengan bahan baku pakan lainnya, pencampuran pakan  ini dilakukan sehari 2 kali di gudang chopper dengan perbandingan rumput 2 ton, dedak padi 200 kg, pollard 100 kg, kulit kopi 150 kg, pakan penguat (guyo feed) 100 kg, bungkil kelapa 150 kg dan 3 liter tetes tebu yang dilarutkan dalam air 10 liter.

Cara pencampuran pakan adalah, rumput yang baru dipanen ditempatkan di gudang chopper untuk di cacah/digiling menjadi bagian-bagian kecil. Setelah rumput di cacah/digiling, rumput tersebut dicampur dengan bahan pakan lain yang telah tersedia yaitu, dedak padi, pollard, tetes tebu, kulit kopi, konsentrat (guyo feed), dan bungkil kelapa. Setelah itu dicampur hingga merata. Selanjutnya pakan yang telah dicampur diisi kedalam wadah yaitu karung plastik dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu banyaknya pakan yang diberikan disesuaikan dengan bobot badan masing-masing ternak sapi. Pemberian pakan campuran ini lebih diutamakan ke sapi- sapi yang dikandangkan.

3.2 Pembahasan
Dilihat dari tugas pokok Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU dan HPT Denpasar) Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, yang melaksanakan pelestarian, pemuliaan, produksi dan pengembangan serta penyebaran hasil produksi bibit sapi Bali unggul secara nasional, hal ini perlu mendapat pengawasan ketat yaitu bagaimana tetap memaksimalkan mutu genetik sapi Bali tersebut agar tetap menerapkan program seleksi yang terarah.

Menurut Hakim, (2005) Perbaikan mutu genetik sapi Bali, yang sekaligus sebagai upaya mempertahankan keberadaannya, dapat dilakukan melalui program seleksi dan pengaturan perkawinan yang dikemas dalam program breeding yang jelas arah dan tujuannya serta berkelanjutan untuk menghasilkan bibit unggul dan ternak komersial. Upaya perbaikan mutu genetik akan mencakup aspek pelestarian, peningkatan performa produksi dan reproduksi serta populasinya secara terintegrasi, melalui seleksi dalam bangsa.

Manajemen pakan pada ternak sapi Bali yang dipelihara di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU dan HPT Denpasar) Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, merupakan faktor utama yang diperhatikan, hal ini bisa dilihat dari kebijakan para pegawai/peternak pada usaha peternakan tersebut yang tidak hanya mengandalkan pakan yang ada di lokasi peternakan tersebut, namun untuk tetap menjaga ketersediaan pakan, adanya solusi pengadaan pakan dari luar.

Salah maksud dari pengadaan pakan adalah agar tetap terjaganya kebutuhan pakan bagi ternak yang dipelihara. Hal ini sesuai dengan pendapat Laila Sari (2011) yang mengatakan bahwa pakan merupakan faktor penting dalam usaha peternakan. Pakan merupakan sumber energi utama bagi ternak untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Semakin tinggi kandungan nutrisi pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan semakin besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.

Jenis pakan yang sering diberikan pada ternak yang di pelihara di paddock yaitu rumput raja, jerami jagung, rumput kompitidor dan konsentrat. Interval pemberian pakan hijauan dengan konsentrat dalam usaha peternakan ini selalu diperhatikan yaitu pada jam 07:30 pagi sebelum diberi hijauan, sapi tersebut terlebih dahulu diberi pakan konsentrat.

Dua jam setelah diberi pakan konsentrat, selanjutnya pada pukul 09:30 pagi, sapi-sapi tersebut diberi hijauan. Cara pemberian pakan ini sesuai dengan pendapat Siregar (2008) yaitu pemberian konsentrat yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik karena konsentrat yang relatif banyak mengandung pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen. Meskipun pemberian pakan dilakukan secara konsisten dan memadai, namun tidak dapat di pungkiri bahwa masih terjadinya perebutan pakan antara ternak yang satu dengan yang lainnya.

Pola pemberian pakan pada ternak sapi yang dikandangkan berbeda dengan ternak sapi yang di pelihara di paddock/padang penggembalaan. Ternak yang dikandangkan lebih mendapat perhatian khusus, semua kegiatan pemeliharaannya dilakukan di dalam kandang yaitu mulai dari pemberian pakan, air minum, aktivitas dan istirahat ternak dilakukan di dalam kandang. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk menjaga pertumbuhan ternak. Selain itu juga lebih di prioritaskan karena ternak yang dikandangkan adalah ternak yang sedang mengikuti proses uji performa dan uji progeny.

Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu, diberikan dengan cara dicampurkan dengan rumput. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur. Menurut Santoso (1996). Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembang biak dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Sehingga pada intinya pakan dapat menentukan kualitas ternak.

Pengolahan pakan dilakukan di gudang chopper dan gudang pembuatan konsentrat milik balai tersebut. Pengolahan pakan meliputi, penchopperan rumput raja, pembuatan konsentrat, dan pencampuran pakan rumput dan konsentrat. Penchoperan rumput dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi sisa pakan yang mungkin terbuang percuma dan untuk meningkatkan konsumsi serta nilai kecernaannya.

Pencampuran hijauan dengan bahan pakan lainnya dimaksudkan agar terpenuhinya kandungan nutrisi dalam pakan. Campuran pakan yang sering diberikan adalah campuran hijauan dengan dedak padi, ampas kecap, tetes tebu, bungkil inti sawit, kulit ari kopi, pollard dan bungkil kelapa. Pemberian pakan campuran ini sesuai dengan pendapat Anonimus  (2003) yang mengatakan bahwa pemberian pakan hijauan saja, laju pertumbuhan sangat lambat untuk itu perlu di kombinasikan dengan pakan konsentrat. Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang mengandung nilai gizi tinggi. Fungsi konsentrat adalah untuk melengkapi kekurangan gizi dari pakan hijauan.

PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil Praktek Orientasi Kerja di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU dan HPT Denpasar) Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan pada ternak sapi yang dikandangkan berbeda dengan ternak sapi yang dipelihara di paddock/padang penggembalaan.

Ternak yang dikandangkan lebih mendapat perhatian khusus, semua kegiatan pemeliharaannya dilakukan di dalam kandang yaitu mulai dari pemberian pakan, air minum, aktivitas dan istirahat ternak dilakukan di dalam kandang sedangkan ternak yang di pelihara di paddock dibiarkan merumput sendiri (mencari pakan sendiri), namun diberikan juga pakan tambahan berupa hijauan segar dan konsentrat tetapi kuantitasnya tidak sama dengan pakan sapi yang di kandangkan.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil Praktek Orientasi Kerja di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU dan HPT Denpasar) Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, dapat disarankan bahwa ketersediaan jenis hijauan yang ada di setiap paddock perlu diperhatikan agar tersedia dalam jumlah yang cukup yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Jika hijauan yang ada di setiap paddock sudah mampu memenuhi kebutuhan ternak, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pertumbuhan serta produksi yang dihasilkan ternak akan maksimal pula.

1 Response to "MANAJEMEN PAKAN SAPI BALI DI BPTU DAN HPT DENPASAR DESA PANGYANGAN JEMBRANA-BALI"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel